HEADLINE: Bencana Beruntun, Banjir Bandang Sentani hingga Longsor Usai Gempa Lombok Timur

HEADLINE: Bencana Beruntun, Banjir Bandang Sentani hingga Longsor Usai Gempa Lombok Timur



Jayapura - Bencana alam kembali melanda Tanah Air. Dalam waktu yang berdekatan, warga dikejutkan dengan peristiwa banjir bandang di Sentani, Jayapura dan longsor di Lombok Timur.

Sabtu, 16 Maret 2019, sejumlah kawasan di sekitar Sentani, Papua dilaporkan terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur sejak sore. Air sungai pun tak terbendung menyebabkan luapannya dengan arus yang deras menerjang perumahan warga, bahkan memutuskan jembatan.

Peristiwa ini menelan puluhan korban jiwa. Informasi terakhir, sebanyak 82 orang menjadi korban terjangan banjir bandang, serta puluhan warga mengalami luka-luka. Ratusan rumah warga terendam, bahkan 1 pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani rusak.

Belum usai penanganan korban bencana banjir bandang di Sentani, Minggu, 17 Maret 2019, terjadi gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 5,4 mengguncang Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa susulan dengan magnitudo 5,2 kembali terjadi berselang 2 menit.

Meski tak berpotensi tsunami, tetapi gempa ini menelan korban jiwa. Sebanyak tiga orang korban tewas akibat terjepit longsoran bebatuan di sekitar air terjun Tiu Kelep yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani.

Selain karena dari alam, tentu dampak bencana ini menjadi semakin besar karena adanya campur tangan manusia atau kesalahan manusia. Seperti banjir bandang di Sentani yang diduga akibat perambahan hutan di Pegunungan Cycloop. Sementara, longsor usai gempa di Lombok Timur karena kurangnya pengamanan di daerah rawan longsor, terutama di wilayah wisata.




Banjir bandang yang kini melanda Kota Sentani dan sekitarnya di Kabupaten Jayapura dengan korban 82 orang tewas ini merupakan kisah pilu yang terjadi kedua kalinya. Dari data yang didapat Kabarpapua.co.id, banjir pertama pernah terjadi tahun 2007 silam. Banjir itu menyebabkan salah satu jembatan utama di Kota Sentani putus diterjang batu dan bongkahan kayu dari kaki Gunung Cycloop.

Jika dicermati, arus banjir bandang yang datang melanda wilayah pemukiman warga Kota Sentani, pada Sabtu malam, 16 Maret 2019 itu datangnya melalui aliran sungai yang bersumber dari bentangan Pegunungan Cycloop.

Namun, kini banyak pemukiman dan pembukaan lahan telah mamasuki wilayah bentangan Pegunungan Cycloop. Padahal, dulunya, memasuki atau beraktivitas di wilayah itu jelas dilarang. Bahkan, ada pemahaman warga dari suku asli setempat sebagai kearifan lokal yang percaya akan terjadi malapetaka jika mereka beraktivitas memasuki wilayah hutan Pegunungan Cycloop.
Pegunungan Cycloops biasa juga disebut Siklop, Dobonsolo atau Dafonsoro. Bentangan Cycloop ini berada dari Kabupaten Jayapura hingga Kota Jayapura yang merupakan jajaran pegunungan membentang dari barat ke timur sejauh 36 kilometer. Bentang ini ibarat benteng pelindung bagi para warga di dataran Jayapura.

Kata "Cycloop" yang disematkan pada bentangan pegunungan ini konon dari bahasa Belanda "Cycoon Op" yang memiliki arti: awan-awan kecil yang berada di puncak gunung. Pegunungan yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura ini memiliki puncak tertinggi, di antaranya Gunung Dafonsoro (1.580 mdpl), Gunung Butefon (1.450 mdpl), dan Gunung Robhong (1.970 mdpl).

Bentangan Pegunungan Cycloop diresmikan sebagai cagar alam pada tahun 1978 dan dikukuhkan pada tahun 1987. Data tahun 2012, mencatat luas cagar alam Pegunungan Cycloop ini mencapai 31.479 hektare dan memiliki beberapa ekosistem yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan pegunungan, hutan sekunder, dan padang rumput.

Sekadar diketahui, kini hutan sebagai kawasan penyangga (buffer zone) yang berada dalam bentangan Pegunungan Cycloop, baik dari wilayah Kota Jayapura hingga Kabupaten Jayapura ini, telah banyak yang rusak parah.

Ini akibat letaknya yang dekat dengan pusat perkembangan kota. Sehingga bentangan saat ini rentan dan tertekan oleh berbagai macam bentuk perambahan hutan dan pemukiman warga.
Tekanan terbesar bagi bentangan Pegunungan Cycloop, datangnya dari perambahan dan deforestasi terhadap bentangan Pegunungan Cycloop, mulai dari wilayah Pasir 2, Angkasa, Kota Jayapura, Polimak, Entrop, Kotaraja, Abepura, Waena, hingga masuk ke wilayah Kabupaten Jayapura hingga wilayah Doyo.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan penyebab banjir bandang di Sentani disebabkan dua hal yakni kombinasi faktor alam dan ulah manusia.

"Kita melihat, kerusakan hutan di sini, di pegunungan Cycloop ternyata sudah berlangsung sejak 2003. Perambahan cagar alam oleh 43.030 jiwa atau 753 KK sejak 2003," ujarnya.
Sutopo menambahkan, juga ada penggunaan lahan pemukiman dan pertanian lahan kering campur pada Daerah Aliran Sungai Sentani seluas 2.415 hektare.

"Masih berlangsung Penebangan pohon untuk pembukaan lahan dan perumahan dan kebutuhan kayu dan penambangan galian," kata dia.

Sutopo menjelaskan lokasi titik bajir di 9 kelurahan merupakan daratan aluvial yang terbentuk dari bagian atas yang secara alamiah dan geomorfologi merupakan daerah rawan banjir.
"Dua faktor memang curah hujannya, jenis batuannya, dan kondisi topografinya ditambah ulah manusia yang terkait kerusakan ekosistem yang ada di sini," dia menandaskan.



Gabung Permainan Kartu online yang lagi nge trend sekarang ini dengan hadiah Jackpot jutaan maupun ratusan juta rupiah setiap hari nya : Poker Online Uang Asli